Hai.. Saya pernah bergaul dengan para pemakai narkoba dan mereka yang akrab dengan kehidupan malam. Sepintas mereka bagaikan mahklu Tuhan yang paling sempurna, tampan-tampan dan cantik-cantik. Saya mungkin termasuk yang paling jelek di antara mereka. Wangi tubuh mereka tidak jauh dari merek-merek terkenal yang berbau Paris. Semua merek impor melekat di tubuh mereka. Beda dengan saya yang serba lokal dan terbilang terjangkau. Pagi sampai sore, mereka adalah orang-orang yan sukses berkarier atau berusaha. Begitu malam menjelang, mereka menjadi mahkluk yang haus hiburan dengan alasan mau happy karena sudah stres seharia.
Suatu kali, saya diajak teman-teman saya ke tempat yang mereka sebut surga dunia. Saya penasaran, ingin tahu seperti apa surga mereka. Seorang teman saya mengatakan kepada saya, "jangan jadi orang o'on terus.. " Begitu kata teman saya mempromosikan surga mereka kepada saya. Akhirnya, sampailah kami di suatu tempat yang mereka sebut surga itu. Lantai satu berisi dikotek yang ingar-bingar dengan musik yang membuat gendang telinga bergetar. Ternyata mereka memilih naik ke lantai dua yang ada private room-nya. Mereka bilang lantai satu itu baru teras surga. Surga yang sebenarnya ada di lantai dua. Sementara, lantai tiga dikatakan sebagai tempat buang ampas surga karena isinya adalah tempat pijat plus-plus yang penuh kemesuman.
Apa yang mereka laku di private room? Ternyata mereka ingin pesta minuman. Mereka juga membagikan beberapa pil. Pil yang mereka telan jelas bukan obat sakit kepala atau sakit flu. Pil-pil itu adalah narkoba yang disebut dengan ecstasy atau inex. Seorang teman bilang pada saya, "Ayo cobain.. Mumpung gratis nih, o'on kamu kalau enggak mau!" Dengan alasan alergi lambung kalau minum obat sembarangan, akhirnya saya pili minum orange juice dan cola. Semalaman itu mereka meledek saya karena hanya saya yang tidak ikutan pesta surga mereka.
1 Korintus 2:14, Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan. Teman-teman saya mengatakan saya bodoh walaupun sesungguhnya mereka tidak lebih pintar dari saya karena mereka dalam semalam bisa menghabiskan jutaan rupiah hanya untuk merusak jiwa dan raga mereka.
Sebulan kemudian, salah satu teman saya yang mengatakan saya o'on, datang menemui saya. Dia bercerita bahwa beberapa hari lalu seorang dari mereka meninggal dunia karena over dosis atau OD akibat menenggak narkoba secara berlebihan. Malam sebelumnya lagi teman wanitanya ditangkap polisi saat razia narkoba di klub tempat mereka biasa ngumpul. Dari saku celananya ditemukan dua butir inex yang menyeretnya ke dalalam penjara dengan ancaman hukuman minimal tiga tahun penjara. Teman saya itu bercerita sambil menangis dan dia mengatakan bahwa dia sudah bosan dengan kehidupan seperti itu. Dia ingin mencari kedamaian serta sukacita sejati. Sesuatu yang selama ini dianggapnya surga ternyata hanya semu dan memberi kenikmatan sesaat, tetapi berbuntut banyak perkara yang membuat hidupnya semakin kacau.
Akhirnya saya menawarkan kepadanya untuk menerima Yesus Kristus sebagai teman sejati serta penolong setia dan mampu memberi sukacita serta damai sejahtera sejati yang selama ini dicarinya. Saya menawarinya gaya hidup penuh kasih yang setiap hari diisi dengan kebenaran-kebenaran firman Tuhan. Saya juga mengajaknya untuk merasakan bahwa Tuhan begitu dekat dan begitu mengasihinya. Puji Tuhan, teman saya mau menerima ajakan saya dan berkomitmen kepada Tuhan untuk memulai hidup baru yang penuh sukacita dan damai sejahtera bersama Yesus Kristus guna menemukan surga sejati seperti yang selama ini didambakannya.
Sambil berbisik saya katakan kepadanya "Kamu yang o'on.. Kalau kamu tidak nyobain!"
Sekarang ini dia telah ikut bergabung menjadi anggota paduan suara gereja bersama saya di barisan tenor. Tuhan Yesus sangat baik.
Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan tergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah. 1 Korintus 2:4-5.
Tampilkan postingan dengan label Tinta Saya untuk Warta UKM BKN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tinta Saya untuk Warta UKM BKN. Tampilkan semua postingan
Senin, 06 Juni 2011
Sabtu, 09 April 2011
Mengapa Harus Begini..
"Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan."
Efesus 3:20
Saya ingin bertanya, pernahkah kita mengalami kenyataan hidup yang membingungkan? Berbeda jauh dari yang kita harapkan? Pernahkah kita berdoa kepada Tuhan dan disertai usaha yang sunggu-sungguh dengan harapan kita atau anggota keluarga kita segera disembuhkan dari penyakit yang sudah cukup lama diderita, tetapi jawaban Tuhan sangat berbeda dengan yang kita harapkan? Pernahkah kita sudah berusaha sekuat tenaga demi kehidupan yang lebih baik, dengan perhitungan yang matang, dan disertai doa, tetapi selalu saja gagal? Pernahkah kita berada dalam situasi kehidupan yang berat di luar dugaan kita, sehingga kita bertanya-tanya dalam hati: Mengapa harus begini?
Memang, ketika menjalani kehidupan di dunia ini kita kerap kali diperhadapkan dengan keadaan yang membuat kita tidak bisa mengerti. Kita sudah besusaha dengan perencanaan yang baik, kita sudah melakukan dengan hati-hati, kita sudah berdoa kepada Tuhan, tetapi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Bahkan menyedihkan! Lalu sering muncul pertanyaan dalam hati kita: Sebenarnya Tuhan itu menghendaki bagaimana dan apa yang salah dalam hidup saya?
Mungkin kita telah berusahan dengan baik dan disertai doa dengan kesungguhan hati. Namun, Tuhan tidak memenuhi harapan kita. Apakah kalau begitu Allah tidak peduli terhadap kita? Allah tidak mengasihi kita? Allah tidak menghargai jerih payah dan upaya kita? Allah tidak mau mendengarkan doa kita? Dan, masih banyak lagi yang bisa dipertanyakan!
Tanpa sadar, kita sering menyamakan Allah dengan diri kita. Kalau menuru pikiran kita baik, seharusnya Allah juga menganggapi baik. Sebaliknya, apa yang menurut kita tidak baik dan jangan sampai menimpa hidup kita, seharusnya Allah juga menghindarkan kita dari hal itu. Kita lupa bahwa pikiran Allah jauh melebihi pikiran kita. Perhitungan Allah jauh lebih sempurna dibandingkan perhitungan kita. Rasul Paulu bersaksi: "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia" (1 Korintus 1:25). Bukankah itu berarti, sebodoh-bodohnya yang dari Allah jauh lebih besar hikmatnya daripada yang dari manusia? Dan selemah-lemahnya yang dari Allah jauh lebih kuat daripada yang dari manusia? Padahal, Allah tidak pernah bodoh! Alla tidak pernah lemah!
Ketika kita sedang mengalami situasi kehidupan yang tidak menyenangkan, hendaknya kita tidak buru-buru menganggap bahwa Allah bersikap jahat kepada kita. Hendaknya kita tidak cepat-cepat menganggap bahwa Allah tidak mampu melakukan yang lebih baik. Allah mampu melakukan yang terbaik, bahkan sangat sempurna untuk kita. Melebihi yang kita doakan atau kita pikirkan! Rasul Paulus menyatakan: "Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan" (Efesus 3:20).
Kita dapat berdoa dan berpikir, tetapi Allah dapat melakukan jauh melebihi apa yang kita doakan dan pikirkan. Dan, jauh lebih sempurna! Meskipun kita tidak membawa dalam doa, tetapi jika Allah memandang hal itu penting untuk hidup kita, Allah dapat melakukan apa yang tidak kita bawa dalam doa itu. Meskipun tidak terpikirkan oleh kita, tetapi penting untuk hidup kita, Alkah menyediakannya. Sebaliknya, meskipun ada hal yang kita pikir sangat penting untuk hidup kita, sehingga dengan kesungguhan hati kita bawa dalam doa kepada Allah. Namun, jika Allah memandang hal itu membahayakan hidup kita, Allah tidak akan membiarkannya. Memang, terkadang membingungkan! Terkadang menyedihkan! Namu, apa yang dilakukan Allah jauh lebih sempurna daripada yang kita doakan dan pikirkan.
Apalagi kalau kita merenungkan karya penyelamatan yang telah dilakukan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus, semakin terbukti bahwa Allah dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau kita pikirkan. Allah begitu luar biasa bertindak untuk menyelamatkan kita, manusa berdosa. Dan, karena itu, Allah tidak menyayangkan Putra Tunggal-Nya Yesus Kristus untuk dikurbankan. Sungguh melebihi apa yang kita pikirkan.
Allah berkuas melakukan lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan. Yang penting bagi kita adalah mengikuti saja apa yang dikehendaki Allah. Kita tidak bisa memaksa Allah bertindak menurt cara kita. Tidak boleh mendikte dan mengatur Allah. Biarkanlah Allah melakukan apa yang Dia kehendaki untuk hidup kita. Kita tidak usah gelisah dengan bertanya-tanya: Mengapa harus begini? Allah dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan! Dan, pasti sempurna demi kebaikan kita! Namun, bukan seperti pemahaman anak kecil dalam cerita berikut ini. Lia, si anak kecil, sedang tidak suka makan nasi. Saat itu ia harus makan nasi dan ditunggui ayah serta ibunya. Sebelum makan Lia berdoa: "Ya Tuhan, jadikanlah nasi Lia menjadi es krim!" Lo, kok begitu?!
Efesus 3:20
Saya ingin bertanya, pernahkah kita mengalami kenyataan hidup yang membingungkan? Berbeda jauh dari yang kita harapkan? Pernahkah kita berdoa kepada Tuhan dan disertai usaha yang sunggu-sungguh dengan harapan kita atau anggota keluarga kita segera disembuhkan dari penyakit yang sudah cukup lama diderita, tetapi jawaban Tuhan sangat berbeda dengan yang kita harapkan? Pernahkah kita sudah berusaha sekuat tenaga demi kehidupan yang lebih baik, dengan perhitungan yang matang, dan disertai doa, tetapi selalu saja gagal? Pernahkah kita berada dalam situasi kehidupan yang berat di luar dugaan kita, sehingga kita bertanya-tanya dalam hati: Mengapa harus begini?
Memang, ketika menjalani kehidupan di dunia ini kita kerap kali diperhadapkan dengan keadaan yang membuat kita tidak bisa mengerti. Kita sudah besusaha dengan perencanaan yang baik, kita sudah melakukan dengan hati-hati, kita sudah berdoa kepada Tuhan, tetapi hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Bahkan menyedihkan! Lalu sering muncul pertanyaan dalam hati kita: Sebenarnya Tuhan itu menghendaki bagaimana dan apa yang salah dalam hidup saya?
Mungkin kita telah berusahan dengan baik dan disertai doa dengan kesungguhan hati. Namun, Tuhan tidak memenuhi harapan kita. Apakah kalau begitu Allah tidak peduli terhadap kita? Allah tidak mengasihi kita? Allah tidak menghargai jerih payah dan upaya kita? Allah tidak mau mendengarkan doa kita? Dan, masih banyak lagi yang bisa dipertanyakan!
Tanpa sadar, kita sering menyamakan Allah dengan diri kita. Kalau menuru pikiran kita baik, seharusnya Allah juga menganggapi baik. Sebaliknya, apa yang menurut kita tidak baik dan jangan sampai menimpa hidup kita, seharusnya Allah juga menghindarkan kita dari hal itu. Kita lupa bahwa pikiran Allah jauh melebihi pikiran kita. Perhitungan Allah jauh lebih sempurna dibandingkan perhitungan kita. Rasul Paulu bersaksi: "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia" (1 Korintus 1:25). Bukankah itu berarti, sebodoh-bodohnya yang dari Allah jauh lebih besar hikmatnya daripada yang dari manusia? Dan selemah-lemahnya yang dari Allah jauh lebih kuat daripada yang dari manusia? Padahal, Allah tidak pernah bodoh! Alla tidak pernah lemah!
Ketika kita sedang mengalami situasi kehidupan yang tidak menyenangkan, hendaknya kita tidak buru-buru menganggap bahwa Allah bersikap jahat kepada kita. Hendaknya kita tidak cepat-cepat menganggap bahwa Allah tidak mampu melakukan yang lebih baik. Allah mampu melakukan yang terbaik, bahkan sangat sempurna untuk kita. Melebihi yang kita doakan atau kita pikirkan! Rasul Paulus menyatakan: "Dia yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan" (Efesus 3:20).
Kita dapat berdoa dan berpikir, tetapi Allah dapat melakukan jauh melebihi apa yang kita doakan dan pikirkan. Dan, jauh lebih sempurna! Meskipun kita tidak membawa dalam doa, tetapi jika Allah memandang hal itu penting untuk hidup kita, Allah dapat melakukan apa yang tidak kita bawa dalam doa itu. Meskipun tidak terpikirkan oleh kita, tetapi penting untuk hidup kita, Alkah menyediakannya. Sebaliknya, meskipun ada hal yang kita pikir sangat penting untuk hidup kita, sehingga dengan kesungguhan hati kita bawa dalam doa kepada Allah. Namun, jika Allah memandang hal itu membahayakan hidup kita, Allah tidak akan membiarkannya. Memang, terkadang membingungkan! Terkadang menyedihkan! Namu, apa yang dilakukan Allah jauh lebih sempurna daripada yang kita doakan dan pikirkan.
Apalagi kalau kita merenungkan karya penyelamatan yang telah dilakukan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus, semakin terbukti bahwa Allah dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau kita pikirkan. Allah begitu luar biasa bertindak untuk menyelamatkan kita, manusa berdosa. Dan, karena itu, Allah tidak menyayangkan Putra Tunggal-Nya Yesus Kristus untuk dikurbankan. Sungguh melebihi apa yang kita pikirkan.
Allah berkuas melakukan lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan. Yang penting bagi kita adalah mengikuti saja apa yang dikehendaki Allah. Kita tidak bisa memaksa Allah bertindak menurt cara kita. Tidak boleh mendikte dan mengatur Allah. Biarkanlah Allah melakukan apa yang Dia kehendaki untuk hidup kita. Kita tidak usah gelisah dengan bertanya-tanya: Mengapa harus begini? Allah dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan! Dan, pasti sempurna demi kebaikan kita! Namun, bukan seperti pemahaman anak kecil dalam cerita berikut ini. Lia, si anak kecil, sedang tidak suka makan nasi. Saat itu ia harus makan nasi dan ditunggui ayah serta ibunya. Sebelum makan Lia berdoa: "Ya Tuhan, jadikanlah nasi Lia menjadi es krim!" Lo, kok begitu?!
Rabu, 06 April 2011
Ketika Jalan Buntu.
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”
-Lukas 1;37
Bagaimana rasanya menghadapi masalah atau kesulitan hidup yang mahaberat? Segala upaya telah dilakukan habis-habisan, tetapi mengalami jalan buntu. Kepala rasanya mau pecah. Dada terasa sesak, sulit bernapas. Gelisah, sulit tidur. Makan terasa tidak enak. Hidup terasa gelap. Tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tidak bisa tersenyum!
Memang! Begitulah jika kita mengalami jalan buntuh dalam mengatasi persoalan hidup yang rumit dan berat. Sepertinya sudah tidak ada yang bisa kita harapkan lagi. Kita sudah kuwalahan. Kita beranggapan bahwa persoalan berat yang kita hadapi sudah tidak mungkin teratasi.
Mengapa begitu? Karena pikiran dan perasaan kita terpusat hanya pada persoalan berat yang sedang kita hadapi. Pikiran dan perasaan kita terpaku hanya pada kemampuan atau kekuatan diri sendiri, sementara kemampuan atau kekuatan kita terasa tidak mencukupi untuk menyelesaikan persoalan hidup yang mahaberat tersebut. Lalu kita merasa berada pada jalan buntu. Kita menganggap persoalan kita tidak mungkin teratasi.
Padahal, jika kita tidak terpaku hanya pada persoalan rumit yang sedang kita hadapi, dan kita juga tidak terpaku hanya pada kekuatan kita sendiri, persoalan seberat apa pun masih dapat teratasi. Lalu, kita harus bagaimana? Pusatkan perhatian dan pandanglah kepada Allah! Percaya dan berharap kepadaNya! Allah Yang Mahakuasa! Allah yang mampu mengatasi dan menyelesaikan kesulitan apa pun! Bagi Allah tidak ada yang mustahil! Meskipun menurut nalar dan perhitungan manusia mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Kita tentu masih ingat kesaksian Alkitab, yaitu dalam Keluaran 14, mengenai bagaimana Allah menolong bangsa Israel yang saat itu berada dalam kesulitan besar. Pada saai itu bangsa Israel baru saja keluar dari tanah Mesir tempat mereka cukup lama diperbudak. Namun, baru saja bangsa Israel keluar dari Mesir, Firaun, raja Mesir , menginginkan bangsa Israel kembali ke Mesir untuk diperbudak lagi. Oleh karena itu, Firaun dengan membawa pasukannya, mengejar bangsa Israel. Padahal, kalau bangsa Israel tidak lari, jelas akan tertangkap oleh Firaun dengan pasukannya. Namun, jika maju terus, dihadapannya terbentang Laut Teberau. Maju kena, mundur kena! Bangsa Israel terjebak dalam kesulitan yang mahaberat. Menurut perhitungan manusiawi, jelas bangsa Israel mustahil dapat lepas dari kesulitan besar itu. Bangsa Israel mengalami jalan buntu! Namun, Allah tidak mengenal jalan buntu! Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dengan perbuatan-Nya yang ajaib, Allah melepaskan bangsa Israel dari kesulitan besar itu. Allah melepaskan bangsa Israel dari kesulitan besar itu. Allah, dengan kuasa-Nya, membela air Laut Teberau, sehingga bangsa Israel bisa melewati Laut Teberau itu. Ketika bala tentara Mesir mengikutinya, Allah membuat air Laut Teberau berbalik seperti semula dan menenggelamkan mereka. Bagi Allah tidak ada yang mustahil!
Kita tentu juga masih ingat kesaksian Alkitab dalam Lukas 1:26-37 mengenai pemberitahuan kepada Maria tentang kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Allah mengutus malaikat Gabriel untuk memberi tahu perawan Maria bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, yaitu Yesus. Tentu saja Maria terkejut dan heran. Bagaiman mungkin ia yang masih perawan dan belum bersuami akan mengandung?! Menurut perhitngan manusiawi hal itu mustahil! Bukankah seorang perempuan baru bisa mengandung kalau sudah melakukan hubungan seksual layaknya suami-istri? Namun, malaikat Gabriel mengatakan bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dan memang benar bahwa kenyataannya Maria mengandung dan melahirkan seorang Anak laki-laki yang diberi nama Yesus.
Dua peristiwa dalam Alkitab tersebut bukan sekedar cerita, melainkan sungguh-sungguh menyatakan kuasa Allah yang hebat. Menyatakan bahwa Allah berkuasa melakukan apa pun yang menurut perhitungan akal dan kemampuan manusia mustahil. Kita mempercainya? Di sinilah letak penentunya! Artinya, ketika kita memandang dua peristiwa kesaksian dalam Alkitab tersebut sekedar cerita omong kosong masa lalu, kita tidak akan memperoleh apa-apa dari kesaksian tersebut. Namaun, ketika kita sungguh-sungguh mempercayai kesaksian Alkitab tersebut sebagai kesaksian yang menyatakan bahwa Allah mampu atau berkuasa melakukan segala sesuatu, meskipun menurut perhitungan akal dan kemapuan manusia mustahil, maka keyakinan seperti itulah yang membuat kita bisa menghadapi kesulitan hidup dengan senyum, betapapun beratnya. Karena dari kesaksian itu kita ditunjukan bahwa Allah mampu dan berkuasa melepaskan kita dari segala macam persoalan hidup yang sedang kita hadapi, bagi Allah tidak mustahil untuk menyelesaikannya. Allah tidak mengenal jalan buntu!
Bahkan, mengenai dosa kita pun, Allah mampu membereskannya. Padahal, kita sendiri atau siapa pun selain Allah, mustahil mampu memberekan dosa kita. Dengan jalan apa pun, atas dasar upaya kita sendiri untuk menghapus dosa kita, selain menemui jalan buntu. Namun, Allah berkuasa menghapus segala dosa kita. Apa pun dosa kita! Dan, itu sudah dilakukan-Nya melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena itu, segala persoalan yang sedang kita hadapi, betapapun berat dan rumitnya, bersama Allah, hadapilah dengan senyum! Semua pasti teratasi! Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil! Hanya ada satu hal yang mustahil bagi Allah. Apa itu? Renungkanlah cerita berikut ini. Seorang guru agama kristiani sedang mengajar tentang pribadi Allah. Guru itu berkata kepada para siswanya, “Hari ini kita akan mempelajari pribadi Allah. Menurut kalian bagaimana pribadi Allah itu?” Seorang siswa dengan penuh percaya diri menjawab, “ Allah itu Mahakuasa! Tidak ada yang mustahil bagi Allah!” Sang guru dengan cepat menanggapi, “O… tidak! Ada satu hal yang mustahil bagi Allah! Siswa itu dengan cepat pula bertanya, “Apa itu?” Guru agama itu menjawab, “Allah mustahil berbuat dosa dan kejahatan!” Benar juga, ya….?!
-Lukas 1;37
Bagaimana rasanya menghadapi masalah atau kesulitan hidup yang mahaberat? Segala upaya telah dilakukan habis-habisan, tetapi mengalami jalan buntu. Kepala rasanya mau pecah. Dada terasa sesak, sulit bernapas. Gelisah, sulit tidur. Makan terasa tidak enak. Hidup terasa gelap. Tidak tahu lagi harus berbuat apa. Tidak bisa tersenyum!
Memang! Begitulah jika kita mengalami jalan buntuh dalam mengatasi persoalan hidup yang rumit dan berat. Sepertinya sudah tidak ada yang bisa kita harapkan lagi. Kita sudah kuwalahan. Kita beranggapan bahwa persoalan berat yang kita hadapi sudah tidak mungkin teratasi.
Mengapa begitu? Karena pikiran dan perasaan kita terpusat hanya pada persoalan berat yang sedang kita hadapi. Pikiran dan perasaan kita terpaku hanya pada kemampuan atau kekuatan diri sendiri, sementara kemampuan atau kekuatan kita terasa tidak mencukupi untuk menyelesaikan persoalan hidup yang mahaberat tersebut. Lalu kita merasa berada pada jalan buntu. Kita menganggap persoalan kita tidak mungkin teratasi.
Padahal, jika kita tidak terpaku hanya pada persoalan rumit yang sedang kita hadapi, dan kita juga tidak terpaku hanya pada kekuatan kita sendiri, persoalan seberat apa pun masih dapat teratasi. Lalu, kita harus bagaimana? Pusatkan perhatian dan pandanglah kepada Allah! Percaya dan berharap kepadaNya! Allah Yang Mahakuasa! Allah yang mampu mengatasi dan menyelesaikan kesulitan apa pun! Bagi Allah tidak ada yang mustahil! Meskipun menurut nalar dan perhitungan manusia mustahil, tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Kita tentu masih ingat kesaksian Alkitab, yaitu dalam Keluaran 14, mengenai bagaimana Allah menolong bangsa Israel yang saat itu berada dalam kesulitan besar. Pada saai itu bangsa Israel baru saja keluar dari tanah Mesir tempat mereka cukup lama diperbudak. Namun, baru saja bangsa Israel keluar dari Mesir, Firaun, raja Mesir , menginginkan bangsa Israel kembali ke Mesir untuk diperbudak lagi. Oleh karena itu, Firaun dengan membawa pasukannya, mengejar bangsa Israel. Padahal, kalau bangsa Israel tidak lari, jelas akan tertangkap oleh Firaun dengan pasukannya. Namun, jika maju terus, dihadapannya terbentang Laut Teberau. Maju kena, mundur kena! Bangsa Israel terjebak dalam kesulitan yang mahaberat. Menurut perhitungan manusiawi, jelas bangsa Israel mustahil dapat lepas dari kesulitan besar itu. Bangsa Israel mengalami jalan buntu! Namun, Allah tidak mengenal jalan buntu! Bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dengan perbuatan-Nya yang ajaib, Allah melepaskan bangsa Israel dari kesulitan besar itu. Allah melepaskan bangsa Israel dari kesulitan besar itu. Allah, dengan kuasa-Nya, membela air Laut Teberau, sehingga bangsa Israel bisa melewati Laut Teberau itu. Ketika bala tentara Mesir mengikutinya, Allah membuat air Laut Teberau berbalik seperti semula dan menenggelamkan mereka. Bagi Allah tidak ada yang mustahil!
Kita tentu juga masih ingat kesaksian Alkitab dalam Lukas 1:26-37 mengenai pemberitahuan kepada Maria tentang kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Allah mengutus malaikat Gabriel untuk memberi tahu perawan Maria bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, yaitu Yesus. Tentu saja Maria terkejut dan heran. Bagaiman mungkin ia yang masih perawan dan belum bersuami akan mengandung?! Menurut perhitngan manusiawi hal itu mustahil! Bukankah seorang perempuan baru bisa mengandung kalau sudah melakukan hubungan seksual layaknya suami-istri? Namun, malaikat Gabriel mengatakan bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil. Dan memang benar bahwa kenyataannya Maria mengandung dan melahirkan seorang Anak laki-laki yang diberi nama Yesus.
Dua peristiwa dalam Alkitab tersebut bukan sekedar cerita, melainkan sungguh-sungguh menyatakan kuasa Allah yang hebat. Menyatakan bahwa Allah berkuasa melakukan apa pun yang menurut perhitungan akal dan kemampuan manusia mustahil. Kita mempercainya? Di sinilah letak penentunya! Artinya, ketika kita memandang dua peristiwa kesaksian dalam Alkitab tersebut sekedar cerita omong kosong masa lalu, kita tidak akan memperoleh apa-apa dari kesaksian tersebut. Namaun, ketika kita sungguh-sungguh mempercayai kesaksian Alkitab tersebut sebagai kesaksian yang menyatakan bahwa Allah mampu atau berkuasa melakukan segala sesuatu, meskipun menurut perhitungan akal dan kemapuan manusia mustahil, maka keyakinan seperti itulah yang membuat kita bisa menghadapi kesulitan hidup dengan senyum, betapapun beratnya. Karena dari kesaksian itu kita ditunjukan bahwa Allah mampu dan berkuasa melepaskan kita dari segala macam persoalan hidup yang sedang kita hadapi, bagi Allah tidak mustahil untuk menyelesaikannya. Allah tidak mengenal jalan buntu!
Bahkan, mengenai dosa kita pun, Allah mampu membereskannya. Padahal, kita sendiri atau siapa pun selain Allah, mustahil mampu memberekan dosa kita. Dengan jalan apa pun, atas dasar upaya kita sendiri untuk menghapus dosa kita, selain menemui jalan buntu. Namun, Allah berkuasa menghapus segala dosa kita. Apa pun dosa kita! Dan, itu sudah dilakukan-Nya melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena itu, segala persoalan yang sedang kita hadapi, betapapun berat dan rumitnya, bersama Allah, hadapilah dengan senyum! Semua pasti teratasi! Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil! Hanya ada satu hal yang mustahil bagi Allah. Apa itu? Renungkanlah cerita berikut ini. Seorang guru agama kristiani sedang mengajar tentang pribadi Allah. Guru itu berkata kepada para siswanya, “Hari ini kita akan mempelajari pribadi Allah. Menurut kalian bagaimana pribadi Allah itu?” Seorang siswa dengan penuh percaya diri menjawab, “ Allah itu Mahakuasa! Tidak ada yang mustahil bagi Allah!” Sang guru dengan cepat menanggapi, “O… tidak! Ada satu hal yang mustahil bagi Allah! Siswa itu dengan cepat pula bertanya, “Apa itu?” Guru agama itu menjawab, “Allah mustahil berbuat dosa dan kejahatan!” Benar juga, ya….?!
Langganan:
Postingan (Atom)