Senin, 26 April 2010

5 Hal Perusak Energi Positif

Setiap hal yang kita lakukan pasti berefek pada jumlah energi positif yang kita miliki. Meskipun kita makan makanan sehat, olahraga secara teratur tetapi jika dan kebiasaan Anda buruk, maka energi akan berkurang dan membuat tubuh selalu merasa lelah.

Hal itu karena pikiran kerap dipenuhi dengan sesuatu yang negatif. Anda tentu penasaran hal apa saja yang menguras energi positif dan berdampak buruk pada keadaan psikis dan fisik.

1. Menunda pekerjaan.
Banyak pekerjaan atau hal yang bisa dilakukan secepatnya tetapi Anda lebih memilih untuk menundanya. Hal ini sangat menyita energi karena jika sewaktu-waktu pekerjaan atau hal tersebut harus diselesaikan segera, waktu dan pikiran Anda pasti akan terkuras maksimal untuk menyelesaikannya. Jika Ada yang belum selesai dan tertunda pasti ada yang mengganjal dan menyita pikiran Anda, hal ini juga membuat konsentrasi dan energi berkurang.

2. Mengeluh.
Wajar jika Anda sesekali mengeluh tentang suatu hal tetapi jika setiap hari diisi keluhan, maka Anda tidak aakan mendapatkan apa-apa. Mengeluh artinya membuang energi positif. Jangan sampai setiap hari berisi keluhan karena hanya akan membuat lelah. Lagipula tidak akan ada yang berubah hanya karena keluhan tanpa tindakan nyata.

3. Berdekatan dengan orang yang selalu berpikiran negatif.
Berdekatan dengan orang yang memandang segala hal dari sisi negatif juga sangat mempengaruhi energi dan pikiran Anda. Dengan mendengarkan cerita dan pernyataan yang selalu negatif pasti Anda akan merasa lelah. Pikiran Anda pun bisa terpengaruh menjadi negatif.

4. Selalu membandingkan diri sendiri dan orang lain.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Seburuk-buruknya orang pun pasti memiliki sisi baik. Dengan selalu membandingkan diri dengan orang lain hanya akan membuang energi dengan percuma.

5. Diet sembarangan.
Pola makan yang tidak baik bisa membuat tubuh terasa tidak nyaman, yang secara tak langsung bisa membuat emosi tidak stabil. Saat kondisi mood sedang tidak baik, Anda perlu asupan nutrisi khusus. Lakukan diet dengan mengonsumsi makanan yang bisa membuat perasaan Anda lebih nyaman.

Rabu, 21 April 2010

"The Horror of the Cross" (KENGERIAN SALIB)

Orang-orang kuno berbicara tentang penyaliban dengan penuh kengerian. Sejarah yang ditulis oleh Cicero mengungkapkan perasaan jijik orang terhadap kematian di atas salib. Hukuman tersebut merupakan "hukuman paling puncak dan paling ekstrim terhadap budak" (Servitutis ekstrem summumque supplicium, dari buku Against Verres 2.5.169), "hukuman yang paling kejam dan yang paling menjijikkan" (crudelissimum taeterrimumque supplicium, ibid. 2.5. 165.).

Yosefus menyebutnya "kematian yang paling malang". (Perang Yahudi 7:203.)

Tuhan Yesus tinggal di wilayah Romawi yang akrab dengan penyaliban. Hukuman ekstrim ini adalah metode penaklukan Roma, seperti kisah Yosefus tentang wilayah Palestina yang bergejolak berulang kali menunjukkannya. Ketika pemberontakan muncul di Yerusalem setelah kematian Herod Agung, gubernur Suriah menyiapkan pasukannya berbaris melalui Galilea ke Yerusalem dan memerintahkan 2.000 pemberontak untuk disalib. (Antiquities 17:295.)

Ketika ancaman Perang Yahudi muncul pada tahun 66, prokurator Florus Gessius membalas dengan membantai dengan sembarangan di jalan-jalan Yerusalem, menangkap banyak warga negara Romawi, dan memerintahkan mereka harus "dicambuk terlebih dahulu kemudian disalibkan." (Perang Yahudi 2:306) Puncak perang tersebut adalah pengepungan tahun 70 M, ketika Yerusalem sedang terisolasi oleh Titus, jenderal Romawi yang terkenal yang kemudian menjadi kaisar Romawi berikutnya. Kelaparan memaksa orang-orang miskin untuk mencuri keluar dari benteng mereka untuk mencari makanan. Dengan gaya teror khas Romawi, ratusan orang-orang miskin ini dibuat menjadi contoh sehari-hari dengan disiksa dan kemudian disalibkan dengan terlihat jelas dari tembok kota. (Perang Yahudi 5:449.)

Ketika Palestina menjadi wilayah Romawi salib diperkenalkan sebagai bentuk hukuman, khususnya bagi mereka yang tidak dapat membuktikan kewarganegaraan Romawi mereka; di kemudian hari hukuman tersebut hanya diperuntukkan bagi pencuri dan pembuat keonaran.

Hukuman salib dijatuhkan juga secara teratur untuk kejahatan seperti perampokan dan pembajakan. Menurut adat Romawi, penyaliban selalu didahului oleh penderaan [pencambukan]; setelah hukuman pendahuluan tersebut, si terhukum harus membawa kayu salib, atau setidaknya bagian balok yang melintang, ke tempat eksekusi, dihadapkan pada ejekan dan hinaan rakyat. Setibanya di tempat pelaksanaan hukuman mati, si terpidana dipakukan di salib lalu diangkat. Tak lama kemudian, si terhukum, sepenuhnya telanjang, terikat di atas dengan tali. Ia kemudian direkatkank dengan paku ke kayu salib. Akhirnya, sebuah plakat disebut "titulus" bertuliskan nama si terhukum dan kalimatnya, ditempatkan di bagian atas salib.

KEBESARAN JIWA SEORANG IBU

Sebuah kisah lama yang patut dibaca dan direnungkan berkali- kali betapa baiknya ibunda kita, bagaimana besarnya pengorbanan ibunda kita dstnya

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun berapaan udah lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor.

Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor
senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini
betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya
kalau tidak ada keperluan penting.

Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur,
cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada
anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain.
Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.

Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. "Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh
sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.

Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan di rumah.

Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil.
Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah.

Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya.

Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran
usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. "Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan.
Jangan di ungkit lagi". Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket.

Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini ke dalam media cetak dan elektronik. Ketika membaca kisah ini di media cetak, saya sempat menangis karena tidak sempat bersujud di hadapan mamaku. Mamaku telah meninggal 3 th lebih saat itu.

Teman2 yang masih punya Ibu (Mama atau Mami) di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih ada waktu ya.

Jangan Kuatir... Kristus Telah Bangkit!

Pada hari Yesus disalibkan, kekelaman menutupi matahari dan membungkus Yerusalem dalam kegelapan yang jahat. Seolah-olah setiap orang bisa melihat dengan mata kepala sendiri bahwa kegelapan, iblis dan maut telah mengalahkan Anak Allah untuk selamanya.

Perlu saya akui bahwa ketiga D (darkness/kegelapan, devil/iblis dan death/maut) itu melandasi hampir semua kekuatiran yang saya alami. Saya menguatirkan death [maut] - terutama kematian orang-orang yang saya kasihi. Saya kuatir pada darkness [kegelapan], baik yang alamiah maupun yang rohaniah. Saya juga kuatir pada hal-hal yang akan dilakukan oleh devil [iblis].

Iblis, kegelapan dan maut...ketiganya bekerja dengan giat di sepanjang pelayanan Yesus yang berpuncak pada hari yang panjang dan menyengsarakan itu. Namun, hal yang luput dari pengamatan orang-orang adalah bahwa kematian Mesias itu justru menghunjam jantung sang iblis.

Tiga hari setelah Yesus dibaringkan dalam kubur, pada Minggu pagi, Maria Magdalena dan beberapa perempuan yang lain pergi kekuburan. Saat mendekati kuburan tersebut, mereka dapati bahwa batu besar penutup pintu kuburan telah tersingkir. Maria Magdalena segera lari memberitahukan Petrus dan Yohanes, "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." (Yohanes 20:2).

Saat Maria Magdalena pergi, salah satu dari perempuan yang tinggal itu mendekati kuburan. Lubang pintu kuburan itu terbuka. Bagian dalam kuburan itu sendiri tetap seperti sedia kala, hanya saja sudah kosong. Tidak ada jenazah di sana. Mereka terheran sesaat, sampai kemudian menyadari keberadaan dua malaikat di belakang mereka. Yang satu duduk di atas batu sedangkan yang seorang lagi berdiri di dekatnya. "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea." (Lukas 24:5-6).

Saat mereka berlari dari kuburan itu, mereka bertemu seseorang yang meredakan ketakutan mereka. "Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: 'Salam bagimu.' ... 'Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.'" (Matius 28:9-10).

Saat para perempuan itu menceritakan apa yang telah terjadi, para murid menganggap itu hanya omongan orang gila, celotehan tanpa arti. Sementara itu, Maria Magdalena menemui Petrus dan Yohanes. Pada awalnya, mereka juga mengabaikan ceritanya, namun rasa ingin tahu akhirnya mendorong mereka untuk lari ke kuburan.

Saat Yohanes tiba, dia berhenti di pintu masuk dan melihat ke dalam. Petrus berlari masuk ke dalam dan dikejutkan dengan apa yang dilihatnya. Saat masuk bersama Petrus ke dalam kuburan, saya senang membayangkan bahwa Yohanes berbisik kepada Petrus, "Dia hidup!"

Saat berita itu tersebar, banyak murid lalu berkumpul di sebuah rumah di Yerusalem. Dalam keadaan pintu rumah itu terkunci, tiba-tiba terdengar suara di tengah ruangan, "'Damai sejahtera bagi kamu!' Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka." (Yohanes 20:19-20). Lalu mereka percaya.

Sayangnya, Tomas - salah satu dari kedua belas murid - saat itu tidak berada di sana. Saat dia tiba, semua orang bercerita kepadanya tentang kejadian tersebut. Tomas tidak mau percaya. "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." (Yohanes 20:25). Delapan hari kemudian, ketika Tomas sedang berada di rumah itu, dengan pintu yang terkunci lebih rapat dari sebelumya, "Damai sejahtera bagi kamu!" (Yohanes 20:26). Yesus kembali berdiri di tengah ruangan, "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." (Yohanes 20:27). Tomas tidak bergerak. Dia bahkan tidak mengangkat satu jari pun. Dia menjawab seperti lazimnya seorang murid Yesus mampu menjawab, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28).

Tanggapan orang-orang yang akrab dengan Yesus, pada Minggu pagi itu, sama dengan reaksi yang saya temui setiap hari sebagai seorang pemberita kabar baik di zaman modern ini.

Ada yang langsung percaya. Mereka menerima informasi tersebut, mengingat lagi akan hal-hal yang telah dinubuatkan oleh Yesus selama pelayanan-nya, dan menerima kebangkitan-nya sebagai hal yang benar-benar terjadi.

Ada yang percaya lewat bukti tidak langsung. Awalnya mereka meragukan cerita ini, namun setelah menerima informasi lainnya - misalnya dengan melihat kuburan yang telah kosong itu - lalu tahulah mereka bahwa Yesus telah bangkit.

Ada yang percaya lewat bukti-bukti langsung. Mereka baru percaya bahwa Yesus telah bangkit setelah melihat Kristus secara langsung.

Demon (iblis), darkness (kegelapan) dan death (maut) telah dikalahkan, namun mereka masih melampiaskan kebencian mereka yang meluap-luap terhadap ciptaan Allah. Tetapi jangan kuatir...Yesus hidup dengan hidup baru yang benar-benar ingin dia bagikan kepada siapa saja yang percaya. Apakah Anda termasuk yang percaya? Atau apakah Anda sekarang sadar bahwa Anda butuh Juruselamat? Kesadaran yang bagus buat Anda!

Devil [iblis], darkness [kegelapan] dan death [maut] boleh saja menggertak dan membual, kepedihan hidup mungkin masih akan menghunjam dalam beberapa waktu, akan tetapi bala tentara kejahatan sedang menghembuskan nafas terakhir mereka. Jadi, tak ada yang perlu dikuatirkan... Dia telah bangkit! Dia memang telah bangkit!